TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Sisi Terang yang Terungkap {8}



Sisi Terang yang Terungkap {8}

"Selir Cheng hanya stress saja, Yang Mulia. Selebihnya dia baik-baik saja, cukup istirahat dan makan, lalu menghilangkan sumber dari stresnya maka Selir Cheng akan baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lebih jauh. Selain mengawasi Selir Cheng dengan lebih lagi, sebab yang ditakutkan bukan karena kesehatan tubuhnya, tapi kesehatan mentalnya. Karena dari yang hamba lihat, ada beberapa bekas luka sayatan yang hamba lihat di lehernya, juga bekas memar seperti dicekik oleh seutas tali. Takutnya Selir Cheng memiliki niat untuk mengakhiri hidupnya,"     

Setelah mendengar hal itu, Chen Liao Xuan langsung mengangkat tangannya, kemudian dia diam sesaat sambil memandang Cheng Wan Nian.     

"Hamba permisi dulu, Yang Mulia,"     

"Pergilah," kata Chen Liao Xuan.     

Ya, Tabib Istana ini bukanlah Tabib Istana yang lama, yang mana telah menjadi salah satu budak pemuas nafsu oleh Cheng Wan Nian. Tapi Tabib istana ini adalah Tabib baru yang sengaja dipilih oleh Chen Liao Xuan langsung, karena dia tidak mau ada hal-hal aneh lagi yang terjadi.     

Chen Liao Xuan masih duduk di sana, memandang Cheng Wan Nian dalam diam. Satu pukulan mungkin telah menendang hatinya sampai jauh ke dalam sanubari, namun Chen Liao Xuan masih mengharapkan jika Cheng Wan Nian akan sadar dengan apa yang telah dilakukannya. Sadar itu artinya jika dia mampu menerima semua kesalahannya, dan mampu untuk berubah menjadi lebih baik. bukan hanya mengurung diri di kamar, dan menyiksa dirinya seperti ini, sementara dia masih saja melakukan kesalahan yang sama. Kesalahan yang membuat Chen Liao Xuan bahkan enggan untuk menyentuh Cheng Wan Nian.     

Bagaimana dia mau, bagaimana dia mampu? Bagaimana dia bisa menyentuh wanita yang telah dijamah dengan puluhan laki-laki. Bahkan taka da satu inci pun di tubuh Cheng Wan Nian yang tersisa hanya untuknya. Semuanya, ya… semuanya telah menjadi milik bersama. Seolah dia telah menjadi seorang pelacur menjadi Selir di istana, yang membuat semuanya menjadi berantakan dan menyedihkan. Bahkan sampai detik ini, karena dia terlalu sibuk dengan urusan pemerintahan dan urusan Liu Anqier, membuatnya lupa, bahwa ada satu wanita yang sedang mengandung janinnya, yang saat ini telah diabaikan begitu lama. Chen Liao Xuan mencengkeram ujung jubahnya, sungguh dia adalah laki-laki yang tak patut dicontoh. Dia benar terlalu terlena dengan cinta sejatinya, kesetiannya kepada Liu Anqier, hingga mengabaikan, jika di kehidupan sekarang fakta dia adalah Raja yang memiliki empat Selir seolah lenyap begitu saja, hingga saatnya fakta itu kini enyah entah kemana. Chen Liao Xuan pun perlahan bangkit dari duduknya, biar bagaimanapun juga dia harus melakukan sesuatu, melakukan hal yang benar bukan hanya sebagai Raja Iblis, bukan pula sebagai seorang Putra Mahkota kerajaan langit yang putus cinta. Urusannya sangat banyak, dan dia harus mulai untuk menata kembali semuanya, menjadi sosok Raja, Putra Mahkota, dan menjadi pengayom bukan hanya untuk bangsa iblis, tapi alam semesta juga. dia tidak ada waktu untuk sekadar egois, mementingkan egonya sendiri, mementingkan kesenangan dan haknya sendiri. Dia harus bisa menjadi yang bisa diandalkan, oleh banyak makhluk. Sebab dia adalah Raja dari alam semesta ini.     

"Nanti setelah Selir Cheng bangun, suruh dia untuk segera makan dan minum ramuan dari Tabib Hong. Katakanlah kepadanya jika nanti malam aku akan kembali," kata Chen Liao Xuan pada akhirnya. Ya, dia harus merubah semuanya, dia harus menjadi seorang Raja yang pantas. Ini bukan perkara kalau dia menyerah atau takut dengan akuisi kedudukan dari para Kasim. Hanya saja dia ingin menata kembali hubungan internal bukan hanya dalam masalah politik dengan Kasim, tapi antara Selir dan Raja, sebab jika terus seperti ini maka semuanya tidak akan pernah baik-baik saja.     

Dan Lim Jingmi ketika mendengar hal itu, dia tampak sangat bahagia. Bagaimana tidak, dia terharu luar biasa jika Chen Liao Xuan masih sangat mengkhawatirkan Cheng Wan Nian. Untuk kemudian dia menganggukkan kepalanya dengan semangat.     

"Baik Yang Mulia, titah Yang Mulia akan hamba sampaikan!"     

Setelah itu, Chen Liao Xuan berdiri, dia mengibaskan lagi jubahnya, kemudian dia berjalan mendekati kediaman Lim Ming Yu. Dan setelah ini, dia akan datang ke tempat dua Selir lainnya. Ya, dia sudah memutuskan dengan mantab, jika dia ingin menjadi sosok Raja yang baik untuk para selirnya. Terlebih Lim Ming Yu yang telah mengandung janinnya.     

Lee Huanran yang melihat kedatangan Chen Liao Xuan pun langsung memberi hormat, kemudian dia memandang kediaman Lim Ming Yu yang tampak sepi.     

"Yang Mulia Raja datang!" teriaknya semangat. Ya, dia juga bahagia. Akhirnya, setelah sekian lama, bahkan hampir berapa kali purnama, rajanya nyaris tak berkunjung sama sekali di kediaman para Selir, dan melihat rajanya datang terlebih seorang diri seperti ini, adalah hal yang sangat luar biasa sekali.     

Dan Lim Ming Yu yang mendengar suara itu pun tampak senang, dia melihat pantulan wajahnya di depan cermin untuk memeriksa apakah dia sudah lebih dari pantas untuk bertemu dengan rajanya? Setelah dia merasa lebih dari siap, dia pun langsung berlari keluar. Tersenyum lebar memandang arah pintu lalu dia memberi hormatnya yang paling dalam. Namun saat dia hendak bersimpuh, Chen Liao Xuan langsung menggenggam lengannya, membantu Lim Ming Yu untuk berdiri, membuat Lim Ming Yu memandangnya dengan tatapan nanar nyaris tanpa berkedip.     

"Yang Mulia…."     

"Tidak perlu memberi hormat dan berlutut, berdirilah. Perutmu sudah cukup besar dan akan lebih susah untuk melakukan semua itu," kata Chen Liao Xuan pada akhirnya. Merasa tersentuh, Lim Ming Yu pun akhirnya mengangguk, untuk kemudian dia dituntun dengan begitu lembut oleh Chen Liao Xuan. Sebuah sikap yang sangat hangat dan manis.     

"Terimakasih, Yang Mulia," kata Lim Ming Yu.     

Keduanya kini duduk, membuat Lim Ming Yu langsung memandang Lee Huanran yang sedari tadi menunggu di luar untuk menyiapkan beberapa hidangan ternikmat untuk suaminya tercinta.     

"Yang Mulia, apakah ada sesuatu sampai Anda datang ke kediaman hamba?" tanya Lim Ming Yu.     

Chen Liao Xuan hanya tersenyum simpul, tampak sekali kalau dia tidak becus menjadi suami. Bagaimana bisa dia berlaku sekejam ini terlebih kepada istrinya yang dalam posisi yang sedang mengandung seperti ini.     

"Tidak, aku hanya ingin bertemu denganmu, berbincang denganmu dan melihat bagaimana kabar janin yang ada di perutmu. Apakah semuanya baik-baik saja?" tanya Chen Liao Xuan. Lim Ming Yu pun mengangguk. "Aku pernah bilang kepadamu jika kita akan mengumumkan kehamilanmu di usia kehamilanmu menginjak enam bulan. Tapi sepertinya, ini sudah menginjak bulan ke delapan dan kita masih diam saja,"     

"Tidak apa-apa, Yang Mulia. Asalkan bayi ini lahir dengan selamat,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.